Persidangan Menteri-Menteri Luar ASEAN yang Ke-58 yang berlangsung di Kuala Lumpur dengan jelas telah menghantar isyarat kepada kuasa-kuasa besar seperti Amerika, Eropah, Russia dan China bahawa ASEAN berhak menyelesaikan isu di Laut Cina Selatan (LCS) dengan cara ASEAN.
Sesama negara ASEAN, isu ini sudah muncul sejak1950 (pasca kolonial) akan tetapi ianya berjaya ditangani dengan baik. Tiada sebarang peperangan atau konflik tercipta di rantau yang cukup kaya dengan sumber alam ini.
Akan tetapi apabila munculnya kuasa-kuasa besar yang berminat untuk masuk ke rantau ini atas kepentingan tersendiri termasuklah menguasai kekayaan sumber alam, geostrategik dan potensi, maka isu ini mula mencengkam dan mengheret ASEAN kepada situasi yang panas dan menguji solidariti serta semangat kesetiakawanan yang tercipta sekian lamanya.
Melalui persidangan ini juga, ASEAN memiliki harapan besar untuk penyelesaian isu LCS secara damai dan efektif. ASEAN mahukan isu LCS diselesaikan dalam ruang lingkup dan gaya cara ASEAN, negara-negara lain terutamanya yang dijemput termasuklah Amerika, Russia dan China diminta secara baik untuk menghormati dan menerima pelbaai solusi dan platform penyekesaian yang telah dibangunkan oleh sekretariat ASEAN terutamanya melalui sekretariat Menteri-Menteri Luar ASEAN.
Harapan-harapan utama ASEAN dapat dirangkum sebagai berikut:
1, Penyelesaian Damai Melalui Dialog dan Negosiasi: ASEAN secara konsisten menyeru agar semua pihak yang terlibat dalam sengketa LCS untuk bersama-sama berdialog dan bernegosiasi. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip “ASEAN Way” yang mengutamakan diplomasi, non-intervensi, dan konsensus dalam menyelesaikan permasalahan regional. Pelbagai nilai ASEAN seperti bertolak ansur, hormat, perdamaian dan kesejahteraan bersama yang sudah tertanam dalam budaya dan gaya hidup penduduk rantau ini sedang diangkat ke peringkat global
2. Percepatan dan Finalisasi Kode Etik (Code of Conduct – CoC) yang Efektif dan Substantif: Salah satu harapan terbesar ASEAN adalah penyelesaian CoC yang mengikat dan substantif. CoC diharapkan dapat menjadi instrumen hukum yang jelas untuk mengatur perilaku para pihak di Laut Cina Selatan, mencegah insiden, dan membangun kepercayaan. ASEAN menyambut baik kemajuan dalam negosiasi CoC dan berharap momentum positif ini berlanjut hingga CoC dapat diselesaikan dalam waktu dekat sesuai dengan hukum internasional.
3. Implementasi Penuh Deklarasi Perilaku Para Pihak (Declaration on the Conduct of Parties – DoC) 2002: Meskipun tidak mengikat secara hukum, DoC adalah komitmen politik penting untuk menghindari tindakan agresif dan menyelesaikan sengketa melalui dialog. ASEAN berharap semua pihak sepenuhnya mengimplementasikan DoC sebagai langkah membangun kepercayaan dan transparensi. ASEAN percaya perang bukanlah penyelesaian kepada isu LCS, ianya hanya disukai oleh kuasa-kuasa besar yang ego dan dinaungi oleh industri senjata di belakang setiap tindakkan yang diambil.
4. Penegakan Hukum Internasional, Khususnya UNCLOS 1982: ASEAN menekankan pentingnya menghormati dan menegakkan hukum internasional, termasuk Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982, sebagai dasar untuk menyelesaikan sengketa maritim. UNCLOS dianggap sebagai rujukan utama tertinggi yang perlu diharmati oleh kawan mahupun lawan. ASEAN tidak mampu berlawan dengan senjata tetapi menyediakan senjata dalam bentuk undang-undang sebagai solusi ampuh untuk isu LCS ini.
5. Pengelolaan Situasi dengan Bijaksana dan Berhati-hati: ASEAN menyeru semua pihak untuk mengelola situasi di Laut Cina Selatan dengan “bijaksana dan berhati-hati” guna memastikan ketegangan geopolitik tidak semakin meningkat atau menjejaskan keselamatan serta perdagangan global. Ini termasuk menahan diri dari kegiatan yang dapat memperumit atau meningkatkan perselisihan. ASEAN tidak senang dengan tindakkan Amerika dan China yang dilihat terlibat dalam provokasi di LCS, situasi yang jelas tidak bijak dan merbahaya.
6. Mempertahankan Sentralitas dan Solidaritas ASEAN: Isu Laut Cina Selatan memiliki potensi memecah belah ASEAN, mengingat beberapa negara anggotanya adalah pihak yang bersengketa. Oleh karena itu, ASEAN berharap dapat mempertahankan sentralitasnya sebagai mediator dan platform dialog yang kredibel, serta menjaga solidaritas di antara negara anggotanya dalam menghadapi tantangan ini. Disini juga Malaysia yang terlibat sevara langsung dalam proses damai di Selatan Filipina dan Selatan Thailand seharusnya terlibat secara langsung untuk menyelesaikan isu LCS ini.
7. Menjaga Perdamaian dan Stabilitas Regional: Pada intinya, harapan ASEAN adalah menjaga perdamaian, keamanan, dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara, yang sangat vital bagi pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya. Konflik di Laut Cina Selatan memiliki impak langsung terhadap stabiliti regional dan global. ASEAN sudah berusia 58 tahun, pada usia ini ASEAn cukup matang menguruskan konflik dan pelbagai isu yang timbul dengan cara ASEAN. Perdamaian yang dirasai dan dijanjikan oleh ASEAN perlu kekal dan dipertahankan. Walaupun isu Myanmar masih mencengkam, tetapi secara amnya ASEAN masih kekal sebagai rantau yang paling selamat dan stabil.
Meskipun cabaran dan rintangan tetap ada, ASEAN terus berupaya melalui berbagai mekanisme, termasuk ASEAN Regional Forum (ARF) dan Komuniti Keamanan Politik ASEAN, untuk mencapai resolusi damai dan berkelanjutan atas isu LCS ini.
Cukuplah AUKUS, penguasaan Spratley Island dan Pengkalan Tentera US di Teluk Subic menjadi antara duri dalam daging dahulu dan kini. ASEAN lebih bersedia untuk maju kehadapan tanpa isu-isu ini. ASEAN akan kekal berkecuali dan mendepani pelbagai cabaran mendatang dengan gaya dan cara ASEAN yang telah terbukti berjaya.

Penulis ialah Prof Pengajian Strategik & Keselamatan, Universiti Pertahanan Nasional Malaysia (UPNM). – UTUSAN